MEMBANGUN BUDAYA POSITIF

MELALUI PENDEKATAN “GERBANG BERPERI”

DI SD NEGERI 01 TILAMUTA

Oleh

Sofyan Zakaria Utiarahman

 

A.    Pengertian

Budaya sekolah/Madrasah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan (Muhaimin dalam Maryamah; 2016) antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah /madrasah tersebut.

Budaya Positif merupakan keyakinan universal yang dianut dan dijalankan dalam suasana sadar untuk menciptakan kenyamanan di dalam bekerja. Pelaksanaan budaya positif di sekolah diawali dengan merumuskan kesepakatan nilai-nilai yang akan dijalankan.

Kepala sekolah dalam perannya sebagai manajer, harus mampu mengelola sistem di sekolah yang dipimpinnya, agar budaya positif berjalan sesuai dengan harapan bersama. Penerapan budaya positif di SD Negeri 01 Tilamuta dilaksanakan dengan pendekatan, “Gerbang Berperi”, akronim dari “Gerakan Membangun Budaya dan Perilaku Positif melalui Kesadaran Diri.”

Alasan pemilihan pendekatan tersebutKami meyakini, hanya dengan kesadaran diri, budaya positif akan berjalan.

B.    Latar Belakang Aksi Nyata

SD Negeri 01 Tilamuta merupakan salah satu sekolah yang berada di pusat kota Tilamuta, Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Sekolah tersebut menjadi pilihan orang tua yang berlatarbelakang profesi: ASN, Polisi, Tentara, Jaksa, Hakim, dan dokter. Selain itu pula terdapat orang tua yang bekerja di bidang wiraswasta, petani, dan nelayan.

Sekolah memiliki tanggungjawab untuk mendidik dan menuntun peserta didik menjadi siswa yang memiliki kompetensi dan berkepribadian unggul. Kepribadian unggul yang menjadi harapan besar orang tua mereka. Kami selaku pendidik sangat berharap, bahwa kepribadian unggul tersebut dibangun dengan kesadaran diri oleh warga sekolah.

Budaya positif di sekolah dibangun melalui kegiatan pembiasaan dan akan menjadi budaya dalam diri warga sekolah. Sehingga di dalam kehidupan bermasyarakat, budaya tersebut terjejawantahkan dalam kehidupan sosial mereka.

Program membangun budaya positif ini, kami sebut dengan program,”Gerakan Membangun Budaya dan Perilaku Positif melalui Kesadaran Diri.”

C.    Aksi Nyata yang Dilakukan

Membangun kesadaran diri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan kesabaran, konsistensi, Kerjasama, dan doa terus menerus, gaya kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi efektif dan terbuka, serta dokumentasi progres budaya positif. Unsur-unsur tersebut turut menunjang dan mempengaruhi berjalannya budaya positif di sekolah. Tekad dan kemauan kepala sekolah menjadi modal utama untuk mewujudkan berjalannya Budaya Positif di sekolah.

Aksi nyata membangun budaya positif yang dilaksanakan di sekolah, diuraikan sebagai berikut.

1.     Menjadi Modelling

Kepala sekolah adalah model dalam setiap kegiatan pelaksanaan kebijakan dan program sekolah. Kepala sekolah turut serta bekerja, tidak sekadar memerintah. Misalnya, membangun budaya positif kebersihan yang dilaksanakan di sekolah, kepala sekolah harus memberikan contoh memungut sampah dan membuangnya di tempat sampah. Dalam hal kehadiran d an ketuntasan bekerja, kepala skeolah menunjukkan hasil kerja kepada guru-guru.

2.     Membangun budaya positif dengan cara menyepakati keyakinan kelas.

Hal ini dilakukan oleh guru bersama siswa, agar keyakinan yang dibangun dipahami oleh siswa.

3.     Memberikan informasi bernilai keagamaan dalam setiap rapat dan apel

“Berikanlah peringatan (informasi), sesungguhnya peringatan itu bermanfaat” (al-Quran). Sentuhan agama sangat mempengaruhi membangun kesadaran diri.

4.     Membangun komunikasi efektif dengan warga sekolah.

Saya selalu membangun komunikasi saling mendengarkan. Saran guru dan orang tua sangat bermanfaat untuk membangun kesadaran berbudaya

5.     Menyediakan sarana pembuangan sampah untuk membangun budaya positif kebersihan.

Perilaku siswa yang sering jajanan, menyebabkan produksi sampah di sekolah setiap hari cukup banyak. Hal tersebut harus diantisipasi dengan menyediakan tempat sampah yang cukup.

6.     Membangun kesadaran diri dengan cara Me-Time

Me time dilakukan kepada siswa dan guru. Sebelum belajar, siswa di setiap kelas melakukan me time. Demikian halnya dengan guru, hal tersebut dilakukan pada rapat-rapat.

7.     Memberikan reward/penghargaan

Reward/penghargaan merupakan bentuk motivasi ekstrinsik, dan akan mempertahankan warga sekolah dalam melakukan dan menerapkan budaya positif

D.    Pembelajaran yang Didapatkan Dalam Melakukan Aksi Nyata

Beberapa pembelajaran yang diperoleh dalam melakukan aksi nyata, yaitu:

1.     Motivasi dan kerja keras pasti akan menuai hasil

2.     Ketegasan pemimpin (kepala sekolah) dalam manajemen kepemimpinan

3.     Sentuhan rasa untuk membangun kesadaran diri

4.     Komunikasi yang baik adalah komunikasi efektif multi arah (saling mendengar)

5.     Menuntun siswa dengan sadar dan ihlas akan membuahkan hasil

6.     Positive feeling dan positive thinking


F.     Daftar Pustaka

 

Esterlita & Tampubolon Hotner. Hubungan Budaya Disiplin Dan Motivasi Dengan Perilaku BelaJarsiswa Kelas V Di Sekolah Victory Plus Kota Bekasi. Jurnal Artikel. Volume 2, Nomor 2, Juli 2013

 

Cruz, Jean Francis V. Dela, dkk. Menumbuhkan Budaya Positif Sekolah Di Era New Normal. Sebuah Buku Panduan untuk Para Pendidik. 2021. The Head Foundation.

 

https://media.neliti.com/media/publications/publications/256481-pengembangan-budaya-sekolah-1bf3dd81.pdf . Akses tanggal 5 Februari 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini